❝ Story Time! ♡ : Putri Mandalika (NTB, Lombok) ❞

Setiap setahun sekali, Suku Sasak yang tinggal di Pulau Lombok selalu mengadakan upacara menangkap nyale (Cacing laut) yang dipercaya sebagai jelmaan Putri Mandalika. Tradisi ini dilakukan pada sekitar bulan Februari - Maret.
・‥…━━━━━━━☆☆━━━━━━━…‥・
Kebahagiaan rakyat Kerajaan Tunjung Bitu beserta Raja Tonjang Beru dan Permaisuri Dewi Seranting bertambah-tambah ketika mereka dikaruniai seorang putri yang cantik jelita. Tampak jelas parasnya yang elok diwariskan dari ibunya Dewi Seranting, sementara tingkah lakunya yang bijak bestari diturunkan dari kearifan Raja Tonjang Beru. Putri ini diberi nama Putri Mandalika. Sebuah nama yang indah, pantas untuk diberikan kepadanya.
Singkat cerita, putri cantik tersebut telah tumbuh menjadi gadis remaja. Kecerdasan, kepandaian, keelokan paras yang yang utama budi pekertinya telah menjadi pembicaraan rakyat kerajaan Tunjung Bitu. Demikian mahsyurnya nama Putri Mandalika dengan segala pesonanya menyebar hingga ke seluruh penjuru Lombok dan daerah sekitarnya.
Puluhan putra mahkota dan pangeran dari berbagai kerajaan di sekitar Tunjung Bitu mulai megajukan lamaran. Semua ingin menyunting bunga yang semerbak itu. Sebagai seorang putri raja, urusan perjodohan bukanlah hal sederhana. Ternyata pesona Putri Mandalika memunculkan masalah serius.
Utusan-utusan dari para Putra Mahkota dan Pangeran-Pangeran itu terus mendesak jawaban atas lamaran mereka. Mereka bahkan menjadi saling bermusuh-musuhan dan siap menggelar perang besar. Pemenang tentunya yang akan berhak atas cinta Putri Mandalika. Sanga Raja Tonjang Beru dan Permaisuri Dewi Seranting bingung. Akhirnya, mereka meminta Putri Mandalika sendirilah yang memutuskan.
Putri Mandalika meminta para pangeran dan para putra mahkota untuk bersabar, ia meminta untuk diberikan waktu. Putri tidak ingin perang besar berkecamuk di antara semua kerajaan. Putri Mandalika paham, jika perang besar terjadi, maka yang menjadi korban sebenarnya adalah rakyat.
Setelah waktu yang diminta Putri Mandalika habis. Para putra mahkota dan para pangeran pun mendesak. Melihat gelagat yang ada, Putri Mandalika mengerti bila ia memilih salah satu dari mereka sebagai calon suaminya, maka yang lain pasti akan kecewa. Situasi telah semakin memanas dan tak akan bisa teratasi.
Tetapi, dengan tenang Putri Mandalika mengatakan bahwa ia mengundang seluruh rombongan pelamar dan rakyatnya untuk datang ke Pantai Seger Kuta. Ia berjanji akan menunjukkan apa keputusan yang telah dipilihnya dan tak akan mengecewakan semua pihak.
Akhirnya, pada tanggal 20 bulan ke sepuluh penanggalan Sasak, semua putra mahkota dan pangeran beserta seluruh rakyat pergi menuju Pantai Seger Kuta. Putri Mandalika berdiri di atas sebuah tebing batu. Ia berpesan bahwa ia ingin semua kedamaian dan kesejahteraan tetap lestari di Lombok. Pesannya ditangkap dengan sangat jelas oleh semua yang hadir di sana. Setelah berpesan demikian ia melompat ke dalam ombak yang bergulung-gulung.
Semua orang bercebur ke air mencari-cari orang yang mereka sayangi. Mereka mencari ke celah-celah karang, menyelam ke dasar lautan. Mereka tidak menemukan Putri Mandalika, tetapi sebuah gelombang yang datang dari arah lautan lepas menghempaskan makhluk-makhluk kecil berwarna-warni. Putri Mandalika menjelma menjadi hewan-hewan kecil yang kini disebut sebagai nyale.
Semua orang yang ada di Pantai Seger Kuta menangkap dan mengumpulkan hewan-hewan kecil itu. Mereka memasaknya dan memakannya karena rasanya sangat lezat, menaburkannya di sawah dan ladang karena membawa kesuburan dan panen yang berlimpah. Rakyat di seluruh kerajaan-kerajaan di Pulau Lombok mengerti, inilah pilihan Sang Putri. Putri Mandalika menjelma menjadi jutaan hewan kecil itu setiap tahun untuk menjadi milik semua orang.
Comments
Post a Comment